Sehubungan dengan tugas yang diberikan oleh dosen IBD, pada kesempatan kali ini saya akan menulis sebuah tulisan seperti yang tertera pada judul di atas yaitu Manusia dan Penderitaan. Pengertian dari penderitaan itu sendiri adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan terbagi menjadi tiga macam, diantaranya: penderitaan lahir (fisik), penderitaan batin (psikologis/mental), dan penderitaan gabungan antara penderitaan lahir dan batin (fisik dan psikologis).
Salah satu contoh adalah penderitaan fisik yang dialami oleh Bilqis Anindya Passa. Balita kelahiran 20 Agustus 2008 tersebut mengalami kelainan fungsi hati atau atresia billier dengan sirosis hepatis yang progresif. Pada hari ke-3 kelahirannya, kulit dan matanya kuning sehingga pada saat itu Bilqis tidak diijinkan pulang karena kadar bilirubinnya mencapai 11,4 dan harus menjalani terapi kadar bilirubin. Esok harinya barulah Bilqis diijinkan pulang karena kadar bilirubinnya 9,8 dan disarankan oleh dokter yang menanganinya agar Bilqis selalu dijemur dan banyak minum ASI. Namun setelah 2 minggu kelahirannya, kuning di matanya tidak hilang ditambah BABnya tampak berwarna pucat. Setelah dibawa kepada dokter yang menanganinya dan melakukan USG abdomen (rongga perut) barulah diketahui kalau Bilqis menderita atresia billier yaitu suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Tidak percaya begitu saja orang tua Bilqis pun mencari second opinion ke dokter spesialis anak yang lain sampai akhirnya bertemu dengan dokter spesialis anak sub spesialis gastrohepatologi.
Bilqis mulai melakukan serangkaian pemeriksaan ketika usianya 4 minggu. Bilqis harus melakukan operasi bedah perut sebelum usianya 2 bulan jika memang terbukti menderita atresia billier, jika lebih dari 2 bulan kemungkinan kondisi hatinya akan mengalami kerusakan. Dan pada pemeriksaan biopsi hati yang akurasi pemeriksaan 90% dengan hasil atresia billier , maka pada usia dini Bilqis harus menjalani operasi pada bagian perut.
Pada usia 6 minggu Bilqis harus melakukan Operasi Kasai yaitu operasi bedah perut untuk menyambung hati ke usus halus. Operasi berlangsung selama 7 jam dan empedunya sudah diangkat, Bilqis pun dimasukkan ke ruang ICU dengan selang-selang disekitarnya. Setelah usianya 16 bulan, setiap 3 bulan kamarnya pindah ke rumah sakit dan harus minum obat yang banyak sekali, sampai akhirnya terapi sebenarnya yang harus dilakukan adalah transplantasi hati yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Namun dengan kisahnya tersebut, dalam beberapa waktu banyak donatur yang mengumpulkan biaya pengobatan dan perawatan untuk Bilqis. Dan hanya dalam beberapa bulan terkumpullah sekitar Rp 1.1M. Setelah biaya sudah terkumpul maka operasi pun dilakukan dengan mengharapkan suatu keajaiban. Sayangnya takdir berkata lain, Bilqis pun menghembuskan nafas terkahirnya pada 10 April 2010 pada pukul 15.15 di RS Karyadi, Semarang, Jawa Tengah.
Dari kisah di atas, saya sendiri merasa sedih dengan keadaan Bilqis, apalagi Bilqis masih sangat kecil untuk merasakan penderitaan seperti itu sejak lahir dan lagi Bilqis belum bisa menikmati keceriaan masa kecilnya karena kepergiannya yang begitu cepat. Yaa itulah takdir, bagaimana, kapan saja dan dimana saja kita tidak tahu. Maka dari itu marilah bersyukur dengan apa adanya kita, dengan apa yang kita miliki sekarang, selalu ikhlas dalam menghadapi setiap penderitaan karena dibalik penderitaan itu pasti ada hikmah yang dapat kita ambil serta selalu ingat bahwa semua yang kita punya dan yang kita dapatkan di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
No comments:
Post a Comment